Jumat, 08 Februari 2008

Lukisan Cina, Tinta Bak dan Regenerasi yang Tersendat

Oleh: Shinta Ardhany, Semarang

Di Semarang, kalangan seniman lukis Cina masih meneruskan tradisi seni lukis kuno. Tingkat kesulitan yang tinggi pada seni lukis itu, membuatnya tidak memiliki generasi penerus dan terancam punah.


Alunan lagu mandarin yang terdengar di rumah Tan Eng Tiong (68) siang itu mampu menjadi teman setia salah satu pelukis tua di Semarang ini. Alunan itu juga seakan membuat inspirasi yang tertuang melalui lukisan mengalir deras.

Dalam waktu kurang dari 3 menit, Tan mampu menyelesaikan tiga lukisan bambu, mawar dan udang. Untuk lukisan udang, Tan hanya butuh waktu 40 menit. Hebatnya, dia melukis sekali jadi. Tanpa salah dan tanpa membuang kertas

Sebagai pelukis spesialis tinta bak atau tinta Cina, konsentrasi tinggi memang menjadi modal utama sang pelukis. Karena seni lukis tinta bak ini tidak mengenal pengulangan dalam menggoreskan kuas.

Tan Eng Tiong pelukis paruh baya asal Semarang ini mengaku sudah hampir 30 tahun menggeluti seni lukis Cina kuno, seni lukis tinta bak. Tidak ada media khusus yang membuatnya kenal dengan tradisi kuno itu, hanya berbekal melihat sejarah leluhur dan membaca buku-buku.

Dari kecil Tan sudah hobby melukis. Berbagai media lukis pernah ia coba, dari spesialis melukis kaca, melukis dengan cat minyak hingga melukis dengan tinta bak. Dan tinta bak rupanya menjadi pilihan terakhir yang dia tekuni hingga kini.

"Saya sempat lama berhenti melukis karena kecewa. Lukisan kaca saya, dipecahkan istri. Tapi setelah melihat para orang tua masih menekuni seni kaligrafi dengan tinta bak, saya tertarik lagi melukis," kata Tan.

Tan yang sempat lama vakum dari berkarya akhirnya tergugah kembali saat melihat semangat para sesepuh Cina yang terus berkarya di sebuah pekan Imlek Semarang tahun 2005. Ia melihat para seniman-seniman tua itu dengan gigih meneruskan kembali budaya moyangnya.

Tinta Bak

Tinta bak yang dimaksud Tan, bukan tinta bak sembarangan. Berasal dari arang pinus dan cemara, persis seperti tinta yang digunakan ribuan tahun lalu. Di kalangan seniman lukis, tinta ini juga layak dipilih karena menghasilkan warna hitam yang cukup tajam dan kuat kesan alaminya.

Sebelum digunakan melukis, batangan tinta terlebih dahulu dihancurkan dan dicampur dengan air, sehingga menghasilkan warna hitam. Dengan sekali gores, tak sampai 5 detik, tinta akan langsung kering.

Meski hanya satu warna, yang dihasilkan yakni warna hitam tapi hasil lukisan tinta bak ini mampu menciptakan tiga dimensi warna. Gelap terangnya warna dihasilkan dari kekuatan goresan kuas.

"Seni lukis ini memang lebih banyak bermain dengan kekuatan dan kelenturan goresan. Tak heran jika kuas yang digunakan pun tidak sembarang kuas, harus kuas dari bulu serigala. Punya kelenturan. Saya datangkan sendiri dari Cina, paket. Satu buah harganya bisa 40 ribu sampai 100 ribu," katanya sambil menekan-bekan kuas di atas kertas.

Keunggulan –keunggulan lukisan yang dihasilkan dari tinta bak juga diakui seniman lokal Semarang. Sebut sahja Wiyono (40) dan Tri Iswanti (45). Namun keduanya mengakui, tingkat kesulitan lukisan Cina. Rata-rata mereka melukis tanpa konsep, tanpa sketsa, namun penuh nspirasi dalam waktu cepat dan tertuang dalam kanvas atau kertas.

Sederet kesulitan-kesulitan itulah yang menjadikan seni lukis tinta bak tak banyak digeluti para seniman umum. Kata Tan Eng Thiong dalam catatan sejarah hanya pelukis keturunan Cina saja di berbagai belahan dunia, yang mempertahankan seni lukis tersebut.

Sebagai satu-satunya pelukis spesialis tinta bak yang masih bertahan Tan berniat menciptakan generasi baru pelukis Cina Tradisional ini. Namun hal itu bukan semudah membalik tangan. Pakar kesenian Tionghoa dari Yayasan Thai Kak Sie Semarang, Hwa Theng Ho(47) menyebutkan, seni lukis tradisional Cina ini erat sekali hubungannya dengan seni kaligrafis China. Lukisan yang dihasilkan banyak menyimbolkan nilai-nilai kehidupan. "Misalnya gambar Harimau, Naga, Mawar dan lain-lain, kata-kata keberuntungan dalam abjad China juga selalu menyertai hasil lukisan ini," katanya.

Theng How menyebutkan, salah satu cara agar kesenian lukis kuno itu tidak punah, perlu ada pemahaman yang kuat di kalangan generasi muda. Justru hal itulah yang hingga kini semakin jarang ada.

1 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel di blog ini bagus dan berguna bagi para pembaca. Agar lebih populer, Anda bisa mempromosikan artikel Anda di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Telah tersediaa plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://www.infogue.com
http://www.infogue.com/seni_budaya/lukisan_cina_tinta_bak_dan_regenerasi_yang_tersendat/